* Air minum. Air yang keluar dari kran air bisa langsung diminum. Termasuk kran air minum di stasiun kereta, taman, ataupun tempat-tempat umum lainnya. Nggak pake acara rebus-merebus terlebih dulu. Umumnya kran air di dapur dan kamar mandi bisa untuk mengalirkan air panas maupun air dingin.
* Mesin penjualan otomatis (vending machine/jidohanbaiki). Tinggal masukin uang, keluar deh barangnya. Bisa uang pas, bisa juga ngak, nanti kalo uangnya ngak pas ada kembaliannya kok . Seperti mesin penjual minuman, rokok, alat kontrasepsi, es krim, dan lainnya. Biasa terdapat di pinggir jalan, perkantoran, komplek apartemen, pertokoan, kawasan industri, dan ditempat-tempat lainnya yang dianggap strategis.
* Berjalan kaki di sebelah kanan jalan. Lucu ya, berlawanan dengan kebiasaan orang Indonesia yang berjalan kaki di sebelah kiri. Saya njuga kurang tahu alasannya. Tapi itulah yang terjadi disini. Tapi saya juga merasa lebih aman di kanan, walaupun kadang agak canggung karena biasa di kiri
* Telpon umum ada di mana-mana, sama juga ya di Ina juga ada dimana-mana, cuma disini bedanya dalam kondisi layak pakai. Sangat jarang dijumpai telpon yang rusak. Setiap box telpon dilengkapi pula dengan buku telpon semacem Yellowpages. Tiap unit bisa pake koin atau kartu sekaligus. Ada juga box telpon khusus buat orang yang pake kursi roda. Makanya di sini nggak ada wartel
* Sepeda berjalan di trotoar. Trotoar di sini bukan hanya buat pejalan kaki, tapi juga buat pengendara sepeda. Pengendara sepeda ini cukup banyak jumlahnya, termasuk kendaraan yang banyak dijadikan pilihan, mungkin selain murah meriah tanpa bahan bakar, juga praktis, bisa selap selip...
* Pejalan kaki dan pengguna sepeda tetep harus mengikuti aturan rambu lalulintas, tidak boleh nyebrang sembarangan, ada jalur khusus untuk pejalan kaki, dengan dibatasin garis putih
* Cermin bulat di tikungan atau persimpangan jalan. Cermin dari logam ini biasa terpasang di persimpangan jalan atau tikungan di kawasan perumahan atau perkampungan. Mengingat orang Jepang sangat memperhatikan soal keamanan maupun keselamatan, maka cermin seperti ini juga banyak terpasang di pintu pagar rumah, tempat keluar-masuk mobil pemilik rumah. Tentu dengan ukuran yang jauh lebih kecil.
* Tersedianya fasilitas khusus untuk orang cacat, orang tua dan wanita dengan bayi/anak2 baik toilet, lif, kereta, bis dan fasilitas2 umum lainnya
* Kalo berenti di toilet di jalan tol. Konon, ada peraturan tiap 2 jam bis harus berhenti supaya penumpang dan pengemudi bisa beristirahat. Nah, toiletnya bersiiiih sekali, ada bunga hidup (iya, bunga hidup!) di tiap sisi cermin toilet. Udah gitu bunganya beda-beda di tiap pot-nya. Trus, selain buat orang cacat, ada jg bilik buat menyusui dan bilik khusus untuk ganti baju (jd gak ada lubang WC atau shower atau wastafel-nya), cuma ada gantungan baju dan cermin aja disitu. Kayak kamar pas, hihi.. Udah gitu restoran kecilnya menyediakan ocha gratis tis tis! untuk semua orang, uah senangnyaaa... :satu lagi. Ada mesin penukar uang nilai besar jd recehan! Hihihi... Di Indonesia gak ada tuh. Udah gitu, uang logamnya langsung dibeliin es krim rasa ocha deh, enaakkk.. :P
* di Jepangi jarang dipake nomor 4, misal utk parkir karena no 4 bermakna buruk ( mati ) trus orang jepang suka angka 8
* Kalau kita membubuhkan tanda tangan, kadang akan ditanya orang Jepang : ini bacanya bagaimana ? Kalau di Jepang saat diperlukan tanda tangan (misalnya di paspor, dsb.) umumnya menuliskan nama mereka dalam huruf Kanji, sehingga bisa terbaca dengan jelas. Sedangkan kita biasanya membuat singkatan atau coretan sedemikian hingga tidak bisa ditiru/dibaca oleh orang lain.
* Acara TV di Jepang didominasi oleh masak memasak
* Fotocopy di Jepang self-service, ngak menemukan tempat jasa foto copy
* Naik sepeda tidak boleh boncengan (kecuali memboncengkan anak-anak)
* Ajakan makan bersama belum tentu berarti anda ditraktir, tapi bisa jadi bayar masing-masing
* Pernah nggak melihat cara orang Jepang menghitung “satu”, “dua”, “tiga”,…. dengan jari tangannya ? Kalau rekan-rekan perhatikan, ada perbedaan dengan kebiasaan orang Indonesia. Orang Indonesia umumnya mulai dari tangan dikepal dan saat menghitung “satu”, jari kelingking ditegakkan. Menghitung “dua”, jari manis ditegakkan, dst. Kalau orang Jepang, setahu saya, kebalikannya. Mereka selalu mulai dari telapak tangan terbuka, dan cara menghitungnya kebalikan orang Indonesia. Saat bilang “satu”, maka jarinya akan ditekuk/ditutupkan ke telapak tangan.
* Kalo pergi ke kios/pasar tradisional, tidak perlu repot menanyakan harga barang yang dijual, karena sudah ada tulisan harga untuk masing2 barang, kalo di Ina mungkin hanya di toko besar atau mini/super/hypermarket aja ya
* Mesin penjualan otomatis (vending machine/jidohanbaiki). Tinggal masukin uang, keluar deh barangnya. Bisa uang pas, bisa juga ngak, nanti kalo uangnya ngak pas ada kembaliannya kok . Seperti mesin penjual minuman, rokok, alat kontrasepsi, es krim, dan lainnya. Biasa terdapat di pinggir jalan, perkantoran, komplek apartemen, pertokoan, kawasan industri, dan ditempat-tempat lainnya yang dianggap strategis.
* Berjalan kaki di sebelah kanan jalan. Lucu ya, berlawanan dengan kebiasaan orang Indonesia yang berjalan kaki di sebelah kiri. Saya njuga kurang tahu alasannya. Tapi itulah yang terjadi disini. Tapi saya juga merasa lebih aman di kanan, walaupun kadang agak canggung karena biasa di kiri
* Telpon umum ada di mana-mana, sama juga ya di Ina juga ada dimana-mana, cuma disini bedanya dalam kondisi layak pakai. Sangat jarang dijumpai telpon yang rusak. Setiap box telpon dilengkapi pula dengan buku telpon semacem Yellowpages. Tiap unit bisa pake koin atau kartu sekaligus. Ada juga box telpon khusus buat orang yang pake kursi roda. Makanya di sini nggak ada wartel
* Sepeda berjalan di trotoar. Trotoar di sini bukan hanya buat pejalan kaki, tapi juga buat pengendara sepeda. Pengendara sepeda ini cukup banyak jumlahnya, termasuk kendaraan yang banyak dijadikan pilihan, mungkin selain murah meriah tanpa bahan bakar, juga praktis, bisa selap selip...
* Pejalan kaki dan pengguna sepeda tetep harus mengikuti aturan rambu lalulintas, tidak boleh nyebrang sembarangan, ada jalur khusus untuk pejalan kaki, dengan dibatasin garis putih
* Cermin bulat di tikungan atau persimpangan jalan. Cermin dari logam ini biasa terpasang di persimpangan jalan atau tikungan di kawasan perumahan atau perkampungan. Mengingat orang Jepang sangat memperhatikan soal keamanan maupun keselamatan, maka cermin seperti ini juga banyak terpasang di pintu pagar rumah, tempat keluar-masuk mobil pemilik rumah. Tentu dengan ukuran yang jauh lebih kecil.
* Tersedianya fasilitas khusus untuk orang cacat, orang tua dan wanita dengan bayi/anak2 baik toilet, lif, kereta, bis dan fasilitas2 umum lainnya
* Kalo berenti di toilet di jalan tol. Konon, ada peraturan tiap 2 jam bis harus berhenti supaya penumpang dan pengemudi bisa beristirahat. Nah, toiletnya bersiiiih sekali, ada bunga hidup (iya, bunga hidup!) di tiap sisi cermin toilet. Udah gitu bunganya beda-beda di tiap pot-nya. Trus, selain buat orang cacat, ada jg bilik buat menyusui dan bilik khusus untuk ganti baju (jd gak ada lubang WC atau shower atau wastafel-nya), cuma ada gantungan baju dan cermin aja disitu. Kayak kamar pas, hihi.. Udah gitu restoran kecilnya menyediakan ocha gratis tis tis! untuk semua orang, uah senangnyaaa... :satu lagi. Ada mesin penukar uang nilai besar jd recehan! Hihihi... Di Indonesia gak ada tuh. Udah gitu, uang logamnya langsung dibeliin es krim rasa ocha deh, enaakkk.. :P
* di Jepangi jarang dipake nomor 4, misal utk parkir karena no 4 bermakna buruk ( mati ) trus orang jepang suka angka 8
* Kalau kita membubuhkan tanda tangan, kadang akan ditanya orang Jepang : ini bacanya bagaimana ? Kalau di Jepang saat diperlukan tanda tangan (misalnya di paspor, dsb.) umumnya menuliskan nama mereka dalam huruf Kanji, sehingga bisa terbaca dengan jelas. Sedangkan kita biasanya membuat singkatan atau coretan sedemikian hingga tidak bisa ditiru/dibaca oleh orang lain.
* Acara TV di Jepang didominasi oleh masak memasak
* Fotocopy di Jepang self-service, ngak menemukan tempat jasa foto copy
* Naik sepeda tidak boleh boncengan (kecuali memboncengkan anak-anak)
* Ajakan makan bersama belum tentu berarti anda ditraktir, tapi bisa jadi bayar masing-masing
* Pernah nggak melihat cara orang Jepang menghitung “satu”, “dua”, “tiga”,…. dengan jari tangannya ? Kalau rekan-rekan perhatikan, ada perbedaan dengan kebiasaan orang Indonesia. Orang Indonesia umumnya mulai dari tangan dikepal dan saat menghitung “satu”, jari kelingking ditegakkan. Menghitung “dua”, jari manis ditegakkan, dst. Kalau orang Jepang, setahu saya, kebalikannya. Mereka selalu mulai dari telapak tangan terbuka, dan cara menghitungnya kebalikan orang Indonesia. Saat bilang “satu”, maka jarinya akan ditekuk/ditutupkan ke telapak tangan.
* Kalo pergi ke kios/pasar tradisional, tidak perlu repot menanyakan harga barang yang dijual, karena sudah ada tulisan harga untuk masing2 barang, kalo di Ina mungkin hanya di toko besar atau mini/super/hypermarket aja ya
0 Comments