Sejarah kota jepang


Secara historis, ibu kota Jepang adalah tempat berkedudukannya istana kaisar dan kota tempat tinggal Kaisar Jepang. Sejak Zaman Kofun, kota untuk penduduk bermukim dibangun secara terencana di sekeliling istana kaisar sehingga kota tersebut pantas disebut "ibu kota".
Hingga zaman Nara, bangunan istana dan rumah kediaman bangsawan masih berupa konstruksi hottatebashira[1] (bangunan dari tiang-tiang yang didirikan di atas tanah yang digali) sehingga bangunan tidak bertahan lama. Kuil Ise yang juga menggunakan konstruksi hottatebashira dibangun kembali setiap 20 tahun sekali.
Di zaman kuno, ibu kota dan istana kaisar sering sekali dipindah-pindah dan dibangun di tempat yang baru. Menurut perkiraan, hal ini dilakukan akibat usia bangunan yang umumnya relatif singkat. Walaupun perencanaan pembangunannya mengambil model tata kota diTiongkok, rakyat menolak untuk pindah ke lokasi permukiman di ibu kota Fujiwara-kyōHeijō-kyō, dan Heian-kyō seperti direncanakan sebelumnya. Alasannya, kawasan yang ditetapkan sebagai permukiman adalah tanah dengan kelembaban tinggi akibat permukaan air tanah yang tinggi, dan daerah-daerah yang mudah banjir di pinggir sungai. Akibatnya, rumah yang masih dibuat dengan konstruksihottatebashira mudah menjadi rusak.
Sebelum zaman Asuka, tidak ada kota di Jepang yang dapat disebut "ibu kota". Menurut Kojiki dan Nihon Shoki asal zaman Nara, selain berada di Shiki, Iware (sekarang kota SakuraiPrefektur Nara), istana kaisar didirikan di beberapa tempat lain, antara lain diNambaProvinsi Kawachi (Osaka). Kota-kota diperkirakan ikut dibangun dengan kediaman keluarga kekaisaran sebagai pusatnya.
Antara zaman Asuka dan zaman Nara, Jepang mengenal ibu kota kedua yang berfungsi sebagai pusat ekonomi dan transportasi. Pada zaman Kaisar Temmu dikenal ibu kota kedua di Naniwanomiya (Osaka). Sementara itu pada zaman Kaisar Junnin dikenal ibu kota kedua di Horanomiya (kota OtsuPrefektur Osaka761-764), sedangkan pada zaman Kaisar Kōken dikenal ibu kota kedua diYugenomiya (kota YaoPrefektur Osaka769-770). Walaupun Horanomiya dan Yugenomiya hanya berusia singkat, Naniwanomiya tetap bertahan sebagai ibu kota kedua hingga ibu kota dipindahkan ke Nagaoka-kyō.
Pada zaman Nanboku-cho (1336-1392, tidak termasuk masa damai 1351-1352), ibu kota Istana Utara berada di Heian-kyō sedangkanIstana Selatan berkedudukan di sejumlah istana sementara. Semasa Perang Sino-Jepang PertamaKaisar Meiji memindahkan Markas Besar Kekaisaran ke kota Hiroshima. Parlemen Kekaisaran masa itu juga bersidang di Hiroshima.



Post a Comment

0 Comments